Parahita tak pupus oleh Lupus, Parahita semangat terus!!!

Malang Flowers Carnival 2013

Dua kupu-kupu cantik Parahita yang pantang menyerah mengenakan kostum bunga di cat walk Ijen

Parahita Goes To Solo

Istirahat sejenak di Telaga Sarangan sebelum menghadiri Peringatan World Lupus Day 2012 di Solo

Kegiatan Rutin Parahita

Berkumpul di kesekretariatan Parahita Lab Kawi 31 dengan tujuan berbagi berita, rapat, edukasi, senam reumatik, dll.

Parahita Bagi-Bagi Bunga dan Penggalangan Dana

Peringatan World Lupus Day Parahita Tahun 2009 di Malang Town Square

Sabtu, 19 Mei 2018

Menjadi Odapus Tangguh dan Resilien #PARAHITATIPS


Haloo sobat Parahita di seluruh sudut dunia...
Apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam lindungan Tuhan YME dengan semangat Tak Pupus Oleh Lupus, Patahita Semangat Terus !
Kali ini Parahita ingin membagikan resep manjur untuk menjadi Odapus yang tangguh alias menjadi pribadi yang resilien. Apa itu Resilien? Resiliensi artinya kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit (Reivich & Shatte, 2002).
Jadi, odapus yang resilien memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh meski di keadaan sulit, seperti saat kita flare, kondisi lingkungan kita yang tidak memahami, pendamping yang kurang paham, konflik-konflik sosial lainnya yang kita hadapi.
Nah, bagaimana kita menjadi pribadi yang resilien? Terutama pada odapus, yuk simak tips berikut, cekidotttt...


1.       Regulasi Emosi
Meurut Reivich & Shatte (2002), kemampuan regulasi emosi yakni kita mampu tetap tenang di bawah tekanan. Individu yang regulasi emosinya baik dapat mengendalikan dirinya. Apabila sedang kesal, ia mampu meredam dan berpikir yang jernih untuk mengambil tindakan. Mampu mengatasi kecemasan dan menemukan pemecahan masalah dengan tepat.
Bagi odapus, mungkin memang sangat mudah dibakar oleh emosi, latihan meredam  emosi dapat membantu kita terbiasa agar berpikir dahulu sebelum ‘meledak’ kan emosi. Tips dari dr. Mega Dhestiana., SpKJ yakni, ketika kita ingin marah, maka berhitunglah dari angka 1 sampai 10, jika masih marah, berhitung lagi 1 sampai 20, begitu seterusnya hingga lupa kita tadi mau marah. Jangan lupa untuk berfikir bahwa, sesuatu yang terucap ketika kita marah adalah hal yang nantinya kita sesali.

2.       Pengendalian Impuls
Wahh.. apa itu pengendalian impuls? Kok baru dengar yaaa??...
Menurut Reivich & Shatte (2002), pengendalian impuls sebagai kemampuan mengendalikan kemauan, keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari diri sendiri.
Artinya, kita semua memiliki cita-cita, angan, keinginan yang menggebu/ambisi, harapan, dan keinginan yang berupa pengungkapan diri. Orang dengan pengendalian impuls yang rendah akan mudah swing mood, perubahan emosi, mudah meledak-ledak.
Odapus misalnya, mereka ingin cepat remisi, dengan cara apapun ditempuh tanpa melihat risikonya. Atau ketika kita menginginkan sesuatu, kita akan sangat berambisi dan melalaikan kondisi kita. Pengendalian impuls yang rendah akan menghasilkan individu yang agresif.
Tips yang tepat untuk pengendalian impuls dengan baik yakni dengan berlatih sabar, menahan amarah, meregulasi emosi dan berpikir panjang sebelum bertindak untuk melihat risiko kedepannya.

3.       Optimisme
Siapa sih yang tidak familiar dengan kata Optimis? Kata yang mudah diucap tapi sulit untuk dikerjakan. Kata yang sering dijadikan untuk menenangkan hati yang tengah gundah. Betul apa betul??
Seriously, optimis jika diterapkan dengan tepat amat sangat berfaedah pemirsaaaaa...
Optimis yakni (Reivich & Shatte, 2002)  mempercayai bahwa diri sendiri mampu menangani masalah-masalah yang muncul.
Siapa di sini (odapus) yang enggak optimis kalau akan mampu remisi? Hayo ngaku...
Optimis sebenarnya bukan hanya ‘percaya’ sesuatu itu terjadi, tapi semua juga terjadi dikarenakan ada tindakan, dan mempercayai tindakan itu akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Kita berobat, optimislah...
Kita belajar manajemen stres, optimislah
Dan yang penting ialah, segala sesuatu tidak bisa dicapai dengan instan
Jangan lupa berdoa ya pemirsaaaaaa...

4.       Empati
Menurut Reivich & Shatte (2002) kemampuan individu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali kondisi psikologis dan kebutuhan orang lain.
Werner & Smith (dalam Lewis, 1996) menambahkan bahwa individu yang berempati mampu mendengarkan dan memahami orang lain, sehingga ia mampu mendatangkan reaksi-reaksi positif bagi lingkungannya.
Bagi odapus, kita tentunya memiliki pendamping yang juga memiliki perasaan, meski mereka sehat, bukan berarti kita seenaknya. Kita harus mampu bersinergi dengan berempati dengan mereka. Ketika mereka sedih kita flare, maka tunjukkan emosi positif bahwa kita bersemangat untuk remisi.
Untuk kita para odapus, kita memiliki banyak persamaan. Sama-sama sakitnya, mudah bapernya dan sama apa lagi ya pemirsa???? Di sini lah fungsi dari Parahita, kita saling berempati, saling memberikan dorongan positif agar kita sama-sama menuju remisi. Semangatttttt 45 pemirsa, jangan goyah ...
5.       Analisis Masalah
Bagaimana kita mengatasai masalah? Tentunya mencari sumbernya dulu agar kita lebih mudah untuk mencari solusi
Ada 3 cara melihat sumber masalah, antara lain ;
a.       Saya-Bukan Saya
Ketahuilah, masalah ini bersumber dari siapa. Diri kita sendiri kah? Atau orang lain. Yang perlu ditegaskan kembali ialah, lebih baik mengoreksi diri dahulu dan jangan selalu ingin benar.
Kita flare karena Kita sendiri apa Orang Lain?
Iya, karena kita tidak mampu menerima sesuatu dari lingkungan kita. Betul? Iya betul, sebaiknya kita lebih belajar manajemen stres, mengatur pola makan yang sehat dan optimis.
b.      Selalu-Tidak Selalu
Maksudnya di sini yaitu suatu masalah apakah penyebabnya selalu sama.
Misal kita flare, apakah penyebabnya selalu sama? Jika iya mari kita perbaiki agar tidak terulang kembali, jika sebabnya tidak selalu sama, kita belajar untuk menemukan solusi baru.
c.       Semua-Tidak Semua
Maksudnya ialah pemikiran jika satu hal gagal, maka seluruh aspek kehidupan akan gagal dan pemikiran di mana satu hal yang gagal tidak berarti merusak aspek kehidupan kita yang lain. Begini contohnya, ‘apakah karena lupus hidup kita menjadi hancur?’ maka jawabannya tentu tidak, masih banyak odapus kita yang berprestasi, tangguh dan gemilang. Atau ‘apakah jika saya tidak minum obat akan membuat saya flare?’ tentu saja, tidak minum obat akan mempengaruhi semua  aspek lupus.
Jangan menyerah pemirsa, hidup terlalu singkat untuk diratapi !

6.       Efikasi Diri
Apa itu efikasi diri? Efikasi diri yaitu kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif serta mampu mengukur kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu (Reivich & Shatte, 2002)
Pada odapus, kita harus mengenali diri sendiri, seberapa kemampuan kita. Misalkan orang normal mampu membersihkan rumah dalam waktu 30 menit, maka tentu kita memiliki waktu yang lebih panjang dibanding mereka. Hal ini tidak perlu dipaksakan, mengingat kondisi kita.
Hal yang penting ialah setiap individu memiliki kemampuan dan kekuatan yang berbeda-beda. Tidak perlu saling iri maupun memaksakan diri agar terlihat memiliki kemampuan yang sama. Misal odapus A bisa Snorkling, odapus B terkena matahari saja sudah pingsan, maka dari itu tidak perlu memaksakan diri dan kita semua memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda-beda. But,kita saling melengkapi J

7.       Peningkatan Aspek Positif
Orang yang mampu meningkatkan aspek positif dalam kehidupannya akan lebih mudah dalam menjalani kehidupan, menghadapi masalah dan meningkatakan kualitas diri.
Orang yang memiliki peningkatan aspek positif yang baik, adalah mereka yang mampu membedakan risiko yang realistis dan yang tidak realistis.
Pada odapus, hal ini sangat berperan dalam meningkatkan kecepatan remisi. Contohnya salah satu odapus kita bernama Tika (asal Blitar), ditemui Parahita dalam kondisi yang sangat menguras air mata, namun setelah diberikan motivasi, Tika mampu menangkap hal-hal positif tersebut, sangat realistis dalam mengambil langkah untuk berobat disertai optimis yang tinggi, kini dia kembali cantik dan menawan penuh semangat.


Begitulah kira-kira tips dari kami, semoga bermanfaat <3


Penulis: Maharani Devi P
Sumber Literasi : Reivich, K & Shatte, A. 2002. The Resilience Factor; 7 Essential Skill For Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York, Broadway Books

Selasa, 15 Mei 2018

BANGKIT !!! WORLD LUPUS DAY 2018


Haloooo sobat Parahita
Kami minta maaf atas keterlambatan posting website dikarenakan kegiatan Parahita yang beruntutan. Posting-an kali ini, Parahita ingin berbagi cerita tentang kemeriahan World Lupus Day 2018 yang diadakan di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya lantai 6 di tanggal 6 mei 2018 lalu.

Parahita mengusung tema kecantikan pada odapus yakni “Tetap Cantik dengan Lupus”, yang mana memberikan edukasi bagaimana kesehatan kulit, kuku, rambut, payudara hingga segala seluk beluk kecantikan pada odapus. Tak hanya itu, acara kami juga memberikan kelas kecantikan agar odapus tetap tampak fresh. Pemateri kecantikan dibawakan oleh dr. Nora Ariyati., SpKK., beliau yang interaktif dapat membawa suasana seminar hingga para audiens berebut untuk diskusi.

Tak ketinggalan, Prof.Dr.dr Kusworini Handono., SpPK,M.Kes, dr.C.Singgih Wahono., SpPD-KR dan Prof. Handono Kalim., SpPD-KR memberikan materi mengenai bersahabat dengan lupus, karena banyak dari sahabat odapus kita masih belum menerima anugerah lupus. Mereka memberikan semangat, materi edukasi lupus hingga motivasi pada odapus, pendamping dan para volunteer.

Tak kalah meriah, hiburan di-isi oleh mereka, odapus-odapus Parahita yakni dengan drama musikal tentang imun yang jahat dilawan oleh Methylprednisolone, Kalsium dan Vitamin D. Drama musikal tersebut dikemas dengan komedi, sehingga audiens yang awalnya bersedih karena lupus, akhirnya mereka tertawa. Nilai moral dari drama musikal itu adalah agar pasien mengetahui pentingnya minum obat secara rutin, manfaat vitamin D untuk membantu kalsium menyusun struktur tulang dan tentang kerjasama tim. Para pemain drama musikal datang dari berbagai kota, dari Malang sendiri, Pasuruan, Probolinggo, Sorong dan Makassar. Mereka berlatih H-7 jam tampil dan beberapa H-30 menit tampil, namun sukses membawa suasana seminar.







Acara ditutup dengan kelas make-up dan diskusi, serta Odapus-Volunteer Gathering. Acara ini berisikan sharing dan saling motivasi antar odapus dan volunteer.



Haru dibalik acara ini ialah kebangkitan Yayasan Kupu Parahita Indonesia menuju Ulang Tahun ke 10. Jangan lupa hadir di acara kami selanjutnya ya readers ! Satu Dekade Parahita Mengabdi.