Haloo sobat Parahita di seluruh
sudut dunia...
Apa kabar hari ini? Semoga selalu
dalam lindungan Tuhan YME dengan semangat Tak Pupus Oleh Lupus, Patahita
Semangat Terus !
Kali ini Parahita ingin
membagikan resep manjur untuk menjadi Odapus yang tangguh alias menjadi pribadi
yang resilien. Apa itu Resilien? Resiliensi artinya kemampuan untuk beradaptasi
dan tetap teguh dalam situasi sulit (Reivich & Shatte, 2002).
Jadi, odapus yang resilien
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh meski di keadaan sulit,
seperti saat kita flare, kondisi lingkungan kita yang tidak memahami,
pendamping yang kurang paham, konflik-konflik sosial lainnya yang kita hadapi.
Nah, bagaimana kita menjadi
pribadi yang resilien? Terutama pada odapus, yuk simak tips berikut,
cekidotttt...
1.
Regulasi
Emosi
Meurut Reivich
& Shatte (2002), kemampuan regulasi emosi yakni kita mampu tetap tenang di
bawah tekanan. Individu yang regulasi emosinya baik dapat mengendalikan
dirinya. Apabila sedang kesal, ia mampu meredam dan berpikir yang jernih untuk
mengambil tindakan. Mampu mengatasi kecemasan dan menemukan pemecahan masalah
dengan tepat.
Bagi odapus,
mungkin memang sangat mudah dibakar oleh emosi, latihan meredam emosi dapat membantu kita terbiasa agar
berpikir dahulu sebelum ‘meledak’ kan emosi. Tips dari dr. Mega Dhestiana.,
SpKJ yakni, ketika kita ingin marah, maka berhitunglah dari angka 1 sampai 10,
jika masih marah, berhitung lagi 1 sampai 20, begitu seterusnya hingga lupa kita
tadi mau marah. Jangan lupa untuk berfikir bahwa, sesuatu yang terucap ketika
kita marah adalah hal yang nantinya kita sesali.
2.
Pengendalian
Impuls
Wahh.. apa itu
pengendalian impuls? Kok baru dengar yaaa??...
Menurut Reivich
& Shatte (2002), pengendalian impuls sebagai kemampuan mengendalikan
kemauan, keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari diri
sendiri.
Artinya, kita
semua memiliki cita-cita, angan, keinginan yang menggebu/ambisi, harapan, dan
keinginan yang berupa pengungkapan diri. Orang dengan pengendalian impuls yang
rendah akan mudah swing mood, perubahan emosi, mudah meledak-ledak.
Odapus misalnya,
mereka ingin cepat remisi, dengan cara apapun ditempuh tanpa melihat risikonya.
Atau ketika kita menginginkan sesuatu, kita akan sangat berambisi dan
melalaikan kondisi kita. Pengendalian impuls yang rendah akan menghasilkan
individu yang agresif.
Tips yang tepat
untuk pengendalian impuls dengan baik yakni dengan berlatih sabar, menahan
amarah, meregulasi emosi dan berpikir panjang sebelum bertindak untuk melihat
risiko kedepannya.
3.
Optimisme
Siapa sih yang
tidak familiar dengan kata Optimis? Kata yang mudah diucap tapi sulit untuk
dikerjakan. Kata yang sering dijadikan untuk menenangkan hati yang tengah
gundah. Betul apa betul??
Seriously,
optimis jika diterapkan dengan tepat amat sangat berfaedah pemirsaaaaa...
Optimis yakni
(Reivich & Shatte, 2002) mempercayai
bahwa diri sendiri mampu menangani masalah-masalah yang muncul.
Siapa di sini
(odapus) yang enggak optimis kalau akan mampu remisi? Hayo ngaku...
Optimis sebenarnya
bukan hanya ‘percaya’ sesuatu itu terjadi, tapi semua juga terjadi dikarenakan
ada tindakan, dan mempercayai tindakan itu akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Kita berobat,
optimislah...
Kita belajar
manajemen stres, optimislah
Dan yang penting
ialah, segala sesuatu tidak bisa dicapai dengan instan
Jangan lupa
berdoa ya pemirsaaaaaa...
4.
Empati
Menurut Reivich
& Shatte (2002) kemampuan individu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi
orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali kondisi
psikologis dan kebutuhan orang lain.
Werner &
Smith (dalam Lewis, 1996) menambahkan bahwa individu yang berempati mampu
mendengarkan dan memahami orang lain, sehingga ia mampu mendatangkan
reaksi-reaksi positif bagi lingkungannya.
Bagi odapus,
kita tentunya memiliki pendamping yang juga memiliki perasaan, meski mereka
sehat, bukan berarti kita seenaknya. Kita harus mampu bersinergi dengan
berempati dengan mereka. Ketika mereka sedih kita flare, maka tunjukkan emosi
positif bahwa kita bersemangat untuk remisi.
Untuk kita para
odapus, kita memiliki banyak persamaan. Sama-sama sakitnya, mudah bapernya dan
sama apa lagi ya pemirsa???? Di sini lah fungsi dari Parahita, kita saling berempati, saling memberikan dorongan positif
agar kita sama-sama menuju remisi. Semangatttttt 45 pemirsa, jangan goyah ...
5.
Analisis
Masalah
Bagaimana kita
mengatasai masalah? Tentunya mencari sumbernya dulu agar kita lebih mudah untuk
mencari solusi
Ada 3 cara
melihat sumber masalah, antara lain ;
a.
Saya-Bukan Saya
Ketahuilah, masalah ini bersumber dari siapa. Diri kita
sendiri kah? Atau orang lain. Yang perlu ditegaskan kembali ialah, lebih baik mengoreksi diri dahulu dan jangan
selalu ingin benar.
Kita flare karena Kita sendiri apa Orang Lain?
Iya, karena kita tidak mampu menerima sesuatu dari
lingkungan kita. Betul? Iya betul, sebaiknya kita lebih belajar manajemen
stres, mengatur pola makan yang sehat dan optimis.
b.
Selalu-Tidak Selalu
Maksudnya di sini yaitu suatu masalah apakah
penyebabnya selalu sama.
Misal kita flare, apakah penyebabnya selalu sama? Jika
iya mari kita perbaiki agar tidak terulang kembali, jika sebabnya tidak selalu
sama, kita belajar untuk menemukan solusi baru.
c.
Semua-Tidak Semua
Maksudnya ialah pemikiran jika satu hal gagal, maka
seluruh aspek kehidupan akan gagal dan pemikiran di mana satu hal yang gagal
tidak berarti merusak aspek kehidupan kita yang lain. Begini contohnya, ‘apakah
karena lupus hidup kita menjadi hancur?’ maka jawabannya tentu tidak, masih banyak odapus kita yang
berprestasi, tangguh dan gemilang. Atau ‘apakah jika saya tidak minum obat akan
membuat saya flare?’ tentu saja, tidak minum obat akan mempengaruhi semua aspek lupus.
Jangan menyerah pemirsa, hidup terlalu singkat untuk
diratapi !
6.
Efikasi
Diri
Apa itu efikasi
diri? Efikasi diri yaitu kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan
masalah dengan efektif serta mampu mengukur kemampuan untuk menyelesaikan
sesuatu (Reivich & Shatte, 2002)
Pada odapus,
kita harus mengenali diri sendiri, seberapa kemampuan kita. Misalkan orang
normal mampu membersihkan rumah dalam waktu 30 menit, maka tentu kita memiliki
waktu yang lebih panjang dibanding mereka. Hal ini tidak perlu dipaksakan,
mengingat kondisi kita.
Hal yang penting
ialah setiap individu memiliki kemampuan
dan kekuatan yang berbeda-beda. Tidak perlu saling iri maupun memaksakan
diri agar terlihat memiliki kemampuan yang sama. Misal odapus A bisa Snorkling,
odapus B terkena matahari saja sudah pingsan, maka dari itu tidak perlu
memaksakan diri dan kita semua memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda-beda. But,kita
saling melengkapi J
7.
Peningkatan
Aspek Positif
Orang yang mampu
meningkatkan aspek positif dalam kehidupannya akan lebih mudah dalam menjalani
kehidupan, menghadapi masalah dan meningkatakan kualitas diri.
Orang yang
memiliki peningkatan aspek positif yang baik, adalah mereka yang mampu
membedakan risiko yang realistis dan yang tidak realistis.
Pada odapus, hal
ini sangat berperan dalam meningkatkan kecepatan remisi. Contohnya salah satu
odapus kita bernama Tika (asal Blitar), ditemui Parahita dalam kondisi yang
sangat menguras air mata, namun setelah diberikan motivasi, Tika mampu
menangkap hal-hal positif tersebut, sangat realistis dalam mengambil langkah
untuk berobat disertai optimis yang tinggi, kini dia kembali cantik dan menawan
penuh semangat.
Begitulah kira-kira
tips dari kami, semoga bermanfaat <3
Penulis:
Maharani Devi P
Sumber Literasi : Reivich, K & Shatte, A. 2002. The Resilience Factor; 7
Essential Skill For Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York,
Broadway Books